Pengalaman Pertamaku Berinvestasi Saham: Dari Skeptis Hingga Melek Finansial
Dulu, saat masih sekolah, aku sama sekali nggak ngerti apa itu investasi. Bahkan untuk sekadar menabung saja, bisa dibilang aku belum terbiasa.
Semua berubah ketika aku mulai kuliah.
Hari-hari kuliahku berjalan seperti biasa, hingga suatu hari di semester 2 aku mendapat informasi tentang acara “Sekolah Pasar Modal Syariah (SPMS)” yang diselenggarakan di kampus. Dalam hati aku bertanya: apa itu? Sebagai mahasiswa Akuntansi, sejujurnya aku belum benar-benar paham soal investasi, apalagi saham — rasanya seperti perjudian.
Awalnya aku ikut SPMS karena diminta oleh dosen, katanya penting untuk dipahami karena berkaitan dengan materi kuliah. Saat kelas dimulai, kami dikenalkan dengan aplikasi seperti IDX Mobile, diajarkan melihat running trade dan data lainnya. Aku? Jujur, nggak paham sama sekali.
Apalagi ketika pemateri mulai bicara tentang uang ratusan juta, bahkan miliaran dan triliunan. Sebagai mahasiswa baru yang belum punya pemasukan tetap, angka-angka itu terdengar mustahil. Di akhir acara, kami diajak buka RDN (Rekening Dana Nasabah), tapi aku gagal buka karena memang belum niat. Aku masih skeptis.
Tapi ada satu momen yang bikin pikiranku mulai terbuka: saat seminar penutupan, pemateri menampilkan beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ternyata, ada perusahaan properti besar di kotaku yang sering aku lewati — dan mereka sudah go public! Dari situ aku mulai berpikir: Wah, ini serius ya...
Awal Mula Belajar Investasi
Setelah acara itu, aku mulai penasaran. Aku cari-cari info di internet soal saham, dan akhirnya nemu channel YouTube “Saham dari Nol”. Channel ini keren banget — penjelasannya jelas, runtut, dan pakai bahasa yang gampang dimengerti oleh pemula sepertiku.
Setelah cukup belajar, aku buka akun sekuritas dan beli saham pertamaku. Nggak nyangka, sahamnya untung! Meski cuma sedikit, tapi rasanya bahagia banget. Karena merasa "berhasil", aku langsung all in di satu saham (jangan ditiru ya, ini kesalahan besar 😅). Aku belum paham fundamental perusahaan, belum siap secara mental, dan akhirnya... portofolio merah -20%. Akhirnya aku cutloss.
Itu jadi pelajaran besar buatku: jangan beli kucing dalam karung. Jangan asal ikut-ikutan beli saham tanpa tahu apa yang kamu beli.
Bangkit Lagi dan Belajar Lebih Dalam
Setelah cutloss, aku sempat off dua bulan dari dunia saham. Tapi rasa penasaranku masih besar. Aku terus belajar dari YouTube, nonton podcast, baca buku-buku investasi, bahkan ikut kelas online dari channel Saham dari Nol. Di sana juga ada Discord untuk diskusi bareng investor lain — seru dan banyak insight baru!
Hampir satu tahun berjalan, portofolioku mulai membaik. Dari yang tadinya -20%, sekarang mulai mendekati titik impas (break even point). Nggak mudah, tapi prosesnya sangat berharga.
Pesanku Buat Mahasiswa yang Mau Mulai Investasi
Pahami dulu apa yang kamu beli – Jangan asal beli saham tanpa tahu bisnisnya.
Jangan FOMO dan jangan all in – Diversifikasi itu penting.
Belajar dari sumber yang tepat – Aku sangat merekomendasikan channel YouTube Saham dari Nol untuk pemula.
Mental investasi itu penting – Siapkan mental kalau portofolio merah, dan fokus pada jangka panjang.
Buku & komunitas bisa bantu banget – Jangan takut belajar dari pengalaman orang lain.
Sekarang, aku pengen ajak teman-teman mahasiswa buat mulai melek investasi juga. Nggak harus langsung besar, yang penting mulai dulu. Karena makin cepat kita mengenal dunia investasi, makin besar peluang kita untuk mencapai kebebasan finansial di masa depan.
Kalau kamu tertarik, yuk coba cari tahu lebih lanjut!
Dan kalau kamu punya cerita serupa, boleh banget share di kolom komentar blogku😊😁
Komentar
Posting Komentar